Rabu, 24 November 2010

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan 


MENGALIR ke masa depan bak banjir cepat yang penuh kekuatan dan daya hidup, dan terkadang menyerupai taman mempesona, alam semesta ini seperti buku yang dipersembahkan kepada kita untuk dipelajari, sebuah pameran untuk disaksikan, dan sebuah amanah yang dipercayakan kepada kita dengan kebolehan mengambil manfaat darinya. Dengan mempelajari makna dan isi amanah ini, kita harus menggunakannya dengan cara yang bermanfaat bagi generasi masa depan serta generasi sekarang. Jika kita mau, kita dapat mengartikan ilmu pengetahuan sebagai hubungan sebagaimana diidamkan di atas antara manusia dan dunia ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan.

Jika ilmu pengetahuan sejati berarti mengarahkan kecerdasan menuju kebahagian akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metoda yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal tersebut memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun biasanya dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian zaman Renaissance terutama adalah antara ilmuwan dan Gereja. Copernicus, Galileo, dan Bacon [dikemukakan sebagai] anti-agama. Kenyataannya, dapat kita katakan bahwa ketaatan mereka terhadap agama telah memunculkan cinta dan pemikiran untuk menemukan kebenaran.

Sebelum Kristen, Islam adalah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran agama yang memancar dari kebahagian akhirat, dan cinta serta semangat yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidakberdayaan di hadapan Pencipta Mahakekal, berada di balik kemajuan ilmiah besar selama 500-tahun yang tersaksikan di dunia Islam hingga akhir abad kedua belas. Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan Wahyu Ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam, dipersembahkan nyaris sempurna oleh tokoh-tokoh terkemuka zaman itu, yang tenggelam dalam pikiran tentang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta tanpa kenal lelah untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Ketaatan mereka kepada Wahyu Ilahi menyebabkan kecerdasan yang berasal dari Wahyu itu memancarkan cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengetahuan di dalam jiwa manusia.

Jika gagasan ilmu pengetahuan, yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, tidak pernah terkena serangan Mongol yang menghancurkan serta terpaan Perang Salib yang tak berbelas kasih dari Eropa, maka dunia hari ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih sehat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Saya katakan ini karena gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagian akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka meraih ridha Allah.

Cinta akan kebenaran mengarahkan penelitian ilmiah sejati. Ini berarti mendekati alam semesta tanpa pertimbangan keuntungan materi dan balasan duniawi, dan mengamati dan mengenalinya sebagaimana kenyataan sebenarnya. Sementara mereka yang dilengkapi dengan cinta seperti itu dapat mencapai tujuan akhir dari penelitian mereka, mereka yang terkena syahwat duniawi, cita-cita materi, prasangka ideologis, dan taklid buta terhadapnya, serta tidak mampu mengembangkan rasa cinta akan kebenaran apa pun, akan gagal, atau lebih buruk lagi, mengalihkan jalannya penelitian ilmiah dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata mematikan untuk digunakan melawan kemampuan terbaik umat manusia.

Tiada kegiatan intelektual yang muncul dari dan diarahkan oleh hasrat duniawi dan kepentingan pribadi yang dapat benar-benar mendatangkan hasil bermanfaat bagi kemanusiaan. Jika hasrat yang mengotori jiwa serta perilaku tidak tepat seperti itu digabungkan dengan fanatisme dan prasangka ideologis, hal ini pasti akan menempatkan rintangan tak teratasi di jalan menuju kebenaran dan menuju penggunaan hasil kajian ilmiah agar bermanfaat bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, cendekiawan, lembaga pendidikan, dan media massa harus bekerja untuk mengeluarkan penelitian ilmiah modern dari atmosfer yang tercemar mematikan akibat cita-cita materialistis dan fanatisme ideologis, dan mengarahkan ilmuwan menuju nilai-nilai kemanusiaan sejati. Langkah pertama adalah membebaskan pikiran dari takhayul dan fanatisme ideologis dan membersihkan jiwa dari keinginan mendapatkan balasan dan keuntungan duniawi. Ini juga adalah prasyarat pertama untuk memastikan kebebasan sejati dalam berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang baik. Setelah memerangi "kependetaan" dan gagasan keliru yang dibangun atas nama agama, dan setelah menyalahkan mereka atas kemunduran, kepicikan, dan fanatisme, ilmuwan harus bekerja keras agar senantiasa bebas dari menjadi sasaran tuduhan serupa.

Tidak ada perbedaan antara penindasan intelektual dan ilmiah yang timbul dari hasrat kepentingan dan kekuasaan dengan fanatisme ideologis dan pemikiran sempit yang didasarkan pada gagasan agama yang keliru dan menyimpang serta dipegangnya kendali kekuasaan oleh kaum agamawan. Nama asli dari agama yang diturunkan Allah senantiasa adalah Islam, yang berarti kedamaian, keselamatan dan ketaatan kepada Allah. Hal ini benar, apakah itu diajarkan oleh Musa atau Isa, atau disampaikan oleh Muhammad. Islam mendakwahkan dan menyebarkan sopan santun, hormat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, cinta, toleransi, dan persaudaraan. Banyak ayat Al-Qur’an mendorong pengkajian alam semesta, yang dipandangnya sebagai tempat pameran karya-karya Ilahi. Selain itu, Al-Qur’an meminta orang merenungkan penciptaan dan ciptaan, dan menggunakannya secara bertanggungjawab, bukan dengan cara jahat dan merusak. Ketika mempelajarinya dengan pikiran terbuka, kita memahami bahwa Al-Qur'an menganjurkan mencintai ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, keadilan dan ketertiban. Pada tataran relatif lebih kecil berupa pemanfaatan ilmu pengetahuan dan hasil-hasilnya demi meraih kekuasaan dan cita-cita duniawi dengan menindas orang lemah, sebagian orang telah menggunakan Al-Qur'an untuk membenarkan kebencian dan permusuhan nurani gelap mereka. Sayangnya, di tangan orang-orang yang ingin menghabisi Islam, sikap tersebut telah digunakan untuk menggambarkan Islam sebagai agama kebencian, permusuhan, dan dendam.

Islam secara harfiah berarti perdamaian dan keselamatan. Nabi mengartikan Muslim sebagai seseorang yang dengannya orang lain merasa aman dan selamat akibat perbuatan tangan dan lidahnya; dan mukmin (orang beriman), berasal dari kata “amn” (keamanan dan keselamatan), sebagai seseorang yang meyakini dan memberikan jaminan keamanan, ketertiban, keadilan, cinta, dan pengetahuan. Melalui cahaya yang dipancarkan Islam, banyak orang telah membaktikan hidup mereka untuk kebahagiaan orang lain dengan mengorbankan kepentingan pribadi, dan banyak yang lainnya telah membulatkan diri membimbing umat manusia menuju kebahagiaan akhirat.

Didirikan di atas Al-Qur’an, Islam telah membangun ilmu pengetahuan dan pencariannya di atas landasan niat menemukan makna keberadaan alam semesta dalam rangka mencapai Sang Pencipta, dan untuk mendatangkan manfaat bagi kemanusiaan, bahkan bagi semua ciptaan, serta untuk menjiwainya dengan keimanan, cinta, dan sikap mementingkan kebaikan bagi orang lain. Inilah yang kita pelajari dari Al-Qur'an, kehidupan teladan Nabi, dan perilaku dari banyak sosok yang meneladaninya secara sempurna dalam hal pikiran dan tindakan. 





Study Kasus 

Angka Pengangguran Jadi Ancaman

Selasa, 19 Oktober 2010 - 08:02 wib

Ilustrasi
JAKARTA - Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang cepat setiap tahunnya dapat memberikan ancaman untuk menciptakan pengangguran baru.

Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas Dedy Masykur Riyadi mengatakan, data yang dilansir Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang menyebutkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,49 persen per tahun atau di atas proyeksi pemerintah yang menetapkan di kisaran 0,74-1,18 persen per tahun menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.

“Persoalannya tidak sebatas jumlah penduduk saja, tapi yang jadi soal adalah ketenagakerjaan. Imbasnya akan ke sana,”kata Dedy di Jakarta.

Bappenas,kata dia,sudah memprediksi bahwa laju pertumbuhan penduduk akan melebih proyeksi yang ditentukan sebelumnya.Hasil kajian yang dilakukan oleh Bappenas pada tahun 2005,menunjukkan fenomena terjadinya laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.

Saat itu, sudah diprediksi bahwa realisasi pertumbuhan penduduk akan lebih tinggi dibanding proyeksi pemerintah. Dia tidak menampik kemungkinan jumlah pengangguran akan bertambah banyak seiring meningkatnya jumlah penduduk dan usia produktif.

“Pada tahun 2014 dan 2015, dalam istilah kependudukannya disebut window soft opportunity di mana saat itu usia produktif sangat tinggi,”kata Dedy.

Akibatnya, pemerintah perlu bekerja keras untuk mengimbanginya dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.Jika hal ini tidak dilakukan sejak sekarang,maka angka pengangguran akan membeludak dan diyakini akan mengganggu perekonomian di Indonesia. Dia mengatakan, pemerintah harus mendorong penciptaan peluang kerja,khususnya untuk sektorsektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Sektor industri, lanjut dia, diyakini mampu menjawab tantangan tersebut.

“Kegiatan industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja menjadi tantangan dan harus menjadi perhatian sejak sekarang.Ini salah satu fokus pemerintah soal pro job,” singkatnya.

Dedy menilai,salah satu penyebab lonjakan pertumbuhan penduduk adalah kurang efektifnya program keluarga berencana (KB) yang sebetulnya didesain untuk meminimalisasi laju pertumbuhan penduduk.

Lonjakan pertumbuhan penduduk,diakui makin sulit dibendung dan dikendalikan karena pemerintah belum memiliki skema lain yang diyakini mampu menahan pertumbuhan penduduk. “Dulu ada transmigrasi,tapi juga tidak berhasil.Satu-satunya cara hanya lewat revitalisasi KB.Kita sudah tidak bisa memaksakan orang untuk KB seperti dulu, "ujarnya.




Opini 

menurut saya, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan setiap individu jika ingin mempunyai masa depan yang baik dan cerah. dari study kasus di atas terbukti bahwa negara kita masih kurang dalam hal ilmu pengetahuan dan pendidikannya, maka dari itu setiap tahun tingkat pengangguran di negara Indonesia makin tinggi.
kita sebagai penerus bangsa haruslah bisa membuat negara kita ini maju dan menjahui dari keterpurukan dalam hal pendidikan 
dengan diadakannya sekolah gratis untuk daerah perkampungan sepertinya sudah sangat membantu tinggal individunya saja yang menjalankannya
karena dengan niat setiap individu maka negara kita akan di jauhkan dari pengangguran.


Sumber



























Yeseren Dusunceler, Izmir 1996, hal. 172-178
http://economy.okezone.com/read/2010/10/19/20/383855/angka-pengangguran-jadi-ancaman



Kamis, 18 November 2010

Pertentangan - Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang

Kasih sayang sebenarnya bukan hal yang baru dalam kehidupan seorang muslim, namun menjadi baru dalam pemaknaan dan penerapan di kehidupan sehari-hari. Setiap hari seorang muslim mengucapkan basmallah dalam sholat dan setiap aktifitas, namun karena kurang kesadaran dalam pemaknaan, mendorong tidak aplikatif dalam kehidupannya. Realitas kehidupan menunjukkan kecenderungan umat Islam yang mengenal ajaran Islam belum berbanding lurus dengan kwalitas penerapan. Kondisi tersebut memberikan implikasi yang kurang kondusif dalam pendidikan keluarga. Hal-hal yang dapat menyebabkan pendidikan keluarga kurang kondusif bagi anak adalah sebagai berikut:


1. Kasih sayang orangtua belum tepat
Tidak sedikit orang tua yang tak segan-segan membelikan motor kepada anak yang belum cukup umur dengan alasan sayang kepada anaknya. Orang tua khawatir kalau anaknya terlambat masuk sekolah. Alasan kehawatiran ini telah menutup mata hati orang tua untuk mengijinkan anaknya mengendarai sepeda motor tanpa SIM (Surat ijin Mengendarai).
Kondisi tersebut dapat menanamkan kebiasaan untuk melanggar aturan (tidak tertib) berlalulintas di jalan. Anak akan merasa bebas bertindak sehingga berani melawan kemapanan kehidupan, indisipliner dan pembenaran diri. Aktifitas anak-anak selanjutnya dapat mengarah kepada pembentukan grup seperti memasuki gang motor atau masuk kelompok punk yang berpakaian hitam dengan model rambut dan aksesoris yang khas tidak wajar.
Orang tua harus ikut menanamkan nilai-nilai religius yaitu mengawali kegiatan mulia mencari ilmu dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang salah, apalagi dosa. Secara psikologis berkendaraan tanpa memiliki SIM akan mempengaruhi ketenangan dan kepercayaan diri. Apalagi bila bertemu polisi mereka akan merasakan kegelisahan, kekhawatiran bahkan ketakutan. Tidak sedikit yang akhirnya mengalami kecelakaan di jalan raya.
Ketika anak meminta dibelikan sepeda motor sebenarnya dapat merupakan kesempatan orangtua untuk menjalin komunikasi yang didasari kasih sayang. Pada saat seperi itulah kondisi yang tepat untuk berdiskusi tentang resiko, kerugian dan keuntungan, baik dan buruk, salah dan dosa. Dengan diskusi yang menggunakan pendekatan kasih sayang akan menumbuhkan kepercayaan kepada anak dan membentuk tali kasih sayang sejati. Yaitu suatu ikatan komunikasi yang saling percaya dan menghargai antar dua generasi orangtua dengan anak.

2. Pemahaman orangtua yang belum lengkap tentang perkembangan anak.
Komunikasi akan berjalan dengan baik manakala orangtua memahami perkembangan psikologis anak. Kurangnya pemahaman terhadap perkembangan anak akan menimbulkan kesalahan dalam melayani yang dapat berakibat kegagalan mendidik anak.
Seorang anak bisa jadi memiliki semua potensi kecerdasan namun sampai batas-batas tertentu. Artinya tidak semua kecerdasan yang dimiliki anak sampai pada tingkat tertinggi. Orangtua yang kurang memahami hal ini, akan menutup kesempatan bagi anak mereka untuk mengembangkan potensi yang sebenarnya dimilikinya.
Akibatnya orangtua seringkali salah memberikan layanan pendidikan dan kasih sayang, baik penghargaan maupun pujian. Anak yang menunjukkan prestasi akademis dipuja-puja, sementara ketika gagal atau mendapatkan nilai kecil di sekolahnya orang tua kecewa atau bahkan marah-marah. Begitu juga ketika anak rajin sholat atau berhasil mejalanakan ibadah puasa belum banyak penghargaan dan pujian yang tulus dari orangtua.

3. Persepsi orangtua yang keliru terhadap pendidikan anak.
Tidak sedikit orangtua yang menyekolahkan anak tanpa dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Anak kurang memperoleh pengawasan dan kontrol selama menempuh pendidikan disekolah. Biasanya sebatas mengetahui anaknya berangkat dan pergi ke sekolah. Secara sepenuhnya membebankan tanggung jawab mendidik anak-anak mereka pada sekolah.
Anggapan tersebut terjadi karena orangtua memiliki persepsi bahwa menyekolahkan anak hanyalah amanah bukan investasi. Mereka adalah investasi di dunia dan di akherat. Keberhasilan anak dalam kehidupan dapat menjadi kebanggaan orangtua, negara, dan agama. Sedangkan investasi di akherat adalah keberhasilan pendidikan yang mampu membuat anak menjadi shaleh.
Persepsi orangtua yang seperti itu akan mendorong mereka untuk memilih sekolah yang mampu mengembangkan semua potensi kecerdasan anak. Ia akan terus mengawasi dan mengontrol anaknya. Ia akan menjadikan lembaga pendidikan sebagai mitra dalam mendidik anak, sehingga pendidikan menjadi tanggung jawab bersama sekolah dan orangtua.
Pendekatan kasih sayang dalam mendidik akan memotivasi orangtua melakukan upaya-upaya perbaikan dengan belajar sepanjang hayat untuk membantu perkembangan anaknya. Begitu pula perlakuan orangtua yang berupa kelembutan dan keramahan tidak hanya mendapatkan penghargaan dari anak yang berupa kepercayaan. Bahkan Allah SWT memberikan apresiasi kepada orang-orang yang memiliki kelembutan dan keramahan.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi dengan terjemahannya yaitu: “Apakah kalian ingin mengetahui siapakah orang yang diharamkan untuk masuk dalam neraka dan siapakah orang yang diharamkan bagi neraka untuk mendekatinya? Sesungguhnya diharamkan atas orang-orang yang ramah pada sesama, lemah lembut, dan suka membantu sesamanya”.


Study Kasus :

Anak bunuh ibu angkat

JAKARTA - Syid (11), menjadi tersangka utama dalam kasus pembunuhan Etty Rochyati (55), ibu angkatnya. Keberingasan Syid diduga dipengaruhi oleh minimnya belaian kasih sayang yang diberikan orangtua angkatnya.

Psikolog anak Tika Bisono berpendapat demikian. "Bisa saja ini dampak emosonal. Tapi pada dasarnya luapan emosi itu tidak akan sampai pada tindak kekerasan. Menurut saya, pasti ada rentetan peristiwa yang membuat emosi si anak meledak hingga terjadi perbuatan kriminal," ujar Tika kepada
okezone, Jumat (16/10/2009).

Syid adalah anak korban tsunami Aceh dan Nias 2005 silam yang kehilangan kedua orang tuanya. Syid kemudian diadopsi oleh pasangan Amir Hamzah dan Etty Rochyati.

Menurut Tika, anak-anak hasil adopsi sudah seharusnya mendapat perlakuan wajar, bahkan istimewa layaknya anak kandung


Opini :
dari study kasus di atas, kasih sayang sangat di butuhkan sekali dari orang tua terhadap anaknya, maka dari itu setiap orang tua wajib dan harus memberikan kasih sayang terhadap anaknya sendiri.
karena dengan adanya kasih sayang terhadap seseorang individu maka individu tersebut akan hidup bahagia sesuai dengan apa yang dia inginkan, tapi jika seseorang anak tidak di berikan kasih sayang maka seseorang akan melakukan hal nekat untuk memperoleh kasih sayang tesebut.
bahkan dari study kasus di atas anak sampai membunuh ibu angkatnya lantaran kurang di pedulikan dan diberi kasih sayang.


sumber :

Pertentangan - Pertentangan Sosial

Rabu, 10 November 2010

Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan


1. PENGERTIAN MASYARAKAT 
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita kit mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka.Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
Unsur-unsur suatu masyarakat
a.Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak
b.Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
c.adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Bila dipandang cara terbentuk nya masyaraka:
1.Masyarakat paksaan,misalnya negara, masyarakat tawanan
2.Masyarakat mardeka
a).Masyarakat natur,yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendiri nya, seperti:geromboklan (harde), suku (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan.
b).Masyarakat kultur,yaitu masyarakat yang terjadi karena kapantingn kedunian ataukepercayaan.
Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat dua type masyarakat:
1)Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan tehknologi nya sederhana.
2).Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala
barmasyarakat bidang, kerena pengetahuan modern sudah maju,tehknologi pun sudah berkembang,dan
sudah mengenaltulisan.

SUMBER :

2. SYARAT-SYARAT MENJADI MASYAKAT 
a. seseorang harus dapat mempunyai kebiasaan kerjasama dalam kelompok.
b. seseorang harus dapat hidup bersama dalam budaya yang berbeda.
c. seseorang dapaf berfikir dengan logis.

3. PENGERTIAN MASYARAKAT KOTA 
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
i. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
iv. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
v. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
vi. Perubahan-perubahan tampak nyata  dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Sumber : Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

STUDY KASUS :
Nilai-nilai  solidaritas  sosial   pada  masyarakat desa transisi: 
(1) tumbuh dari pertautan (integrasi) antara  nilai   tradisi  lokal  dengan  nilai  modern,  akibat terjadinya  interaksi antar kedua warga tersebut, (2) Nilai-nilai solidaritas yang memiliki kearifan lokal pada masyarakat dusun dan masyarakat perumahan yang positif harus dipelihara seiring dengan  banyaknya pembangunan perumahan baru di wilayah  pedesaan,  karena  nilai-nilai   tersebut  cenderung meningkatkan  partisipasi  dalam pembangunan. Pihak  pengembang perumahan berkewajib-an mengontrol dan melakukan kerjasama   dengan  aparat  desa  dan  tokoh  masyarakat  di lingkungan masing-masing   terhadap   proses  sosial  yang berkembang dipemukiman baru,  agar segala gejala negatif yang muncul dapat segera  diantisipasi,  misalnya  gejala  segregasi   sosial   (mengabaikan  kelangsungan   sosial  dan  budaya  karena  menurut   perhitungan   ekonomi  dianggap  tidak  menguntungkan developer), konflik  sosial,  dan  dislokasi  sosial  (perubahan pemukiman penduduk dalam jumlah besar dan waktu relatif cepat) sehingga menimbulkan masalah sosial.


OPINI DAN SARAN :
menurut pendapat saya, dari study kasus di atas jelas masyarakat kota sangat membedakan diri dengan masyarakat desa, dikarenakan masyarakat desa yang cenderung membangun rumah dan dagangan sesukanya sehingga merugikan bagi masyarakat kota. maka dari itu setiap masyarakat harus saling peduli dan tidak membedakan satu sama lainnya. 







Rabu, 03 November 2010

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

1. Pengertian pelapisan sosial
pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang. 


   Study Kasus 
Minah(55) seorang nenek buta huruf yang divonis 1,5 bulan kurungan penjara dikarenakan mencuri 3 buah coklat di perkebunan PT RSA. Hal ini sungguh memilukan hati, sampai – sampai hakim yang mengadili nenek tersebut menitikan air mata. Berbeda dengan kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat – pejabat tinggi negara yang mencuri kesejahteraan rakyat,mereka sangat sukar sekali ditangkap dan selalu pintar mengelak. Apabila mereka tertangkap,mungkin penjara yang akan mereka huni bak kamar hotel berbintang yang memiliki tempat tidur,pendingin ruangan,dll.


   Opini 
Dari study kasus diatas, terbukti bahwa posisi seseorang yang rendah lebih menyakitkan di banding seseorang yang memiliki jabatan tinggi. karena hal itu negara kita menjadi negara yang buruk dalam hal prioritas kemanusiaan. menurut saya, pemerintah harus lebih menegakkan hukum di Indonesia agar masyarakat Indonesia di samakan derajatnya dan tak pandang bulu dalam menjatuhkan sebuah hukuman bagi yang bersalah.


   Sumber 
http://keyrenz.wordpress.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat/
http://kuliahbagusajah.blogspot.com/2010/03/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat.html






2.Terjadinya Pelapisan Sosial 


Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
– Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
- Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).


   Study kasus 
pelapisan sosial pada kaum ningrat dengan kaum awam.
Kaum ningrat tidak di perbolehkan berhubungan dengan kaum awam dikarenakan perbedaan sosial.


   Opini 
tidak perlu adanya perbedaan seperti itu. Karna semua manusia itu sama.






Copyright © 2010 Roy Heuward | Design : Noyod.Com | Images: Moutonzare