Kasih sayang sebenarnya bukan hal yang baru dalam kehidupan seorang muslim, namun menjadi baru dalam pemaknaan dan penerapan di kehidupan sehari-hari. Setiap hari seorang muslim mengucapkan basmallah dalam sholat dan setiap aktifitas, namun karena kurang kesadaran dalam pemaknaan, mendorong tidak aplikatif dalam kehidupannya. Realitas kehidupan menunjukkan kecenderungan umat Islam yang mengenal ajaran Islam belum berbanding lurus dengan kwalitas penerapan. Kondisi tersebut memberikan implikasi yang kurang kondusif dalam pendidikan keluarga. Hal-hal yang dapat menyebabkan pendidikan keluarga kurang kondusif bagi anak adalah sebagai berikut:
1. Kasih sayang orangtua belum tepat
Tidak sedikit orang tua yang tak segan-segan membelikan motor kepada anak yang belum cukup umur dengan alasan sayang kepada anaknya. Orang tua khawatir kalau anaknya terlambat masuk sekolah. Alasan kehawatiran ini telah menutup mata hati orang tua untuk mengijinkan anaknya mengendarai sepeda motor tanpa SIM (Surat ijin Mengendarai).
Kondisi tersebut dapat menanamkan kebiasaan untuk melanggar aturan (tidak tertib) berlalulintas di jalan. Anak akan merasa bebas bertindak sehingga berani melawan kemapanan kehidupan, indisipliner dan pembenaran diri. Aktifitas anak-anak selanjutnya dapat mengarah kepada pembentukan grup seperti memasuki gang motor atau masuk kelompok punk yang berpakaian hitam dengan model rambut dan aksesoris yang khas tidak wajar.
Orang tua harus ikut menanamkan nilai-nilai religius yaitu mengawali kegiatan mulia mencari ilmu dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang salah, apalagi dosa. Secara psikologis berkendaraan tanpa memiliki SIM akan mempengaruhi ketenangan dan kepercayaan diri. Apalagi bila bertemu polisi mereka akan merasakan kegelisahan, kekhawatiran bahkan ketakutan. Tidak sedikit yang akhirnya mengalami kecelakaan di jalan raya.
Ketika anak meminta dibelikan sepeda motor sebenarnya dapat merupakan kesempatan orangtua untuk menjalin komunikasi yang didasari kasih sayang. Pada saat seperi itulah kondisi yang tepat untuk berdiskusi tentang resiko, kerugian dan keuntungan, baik dan buruk, salah dan dosa. Dengan diskusi yang menggunakan pendekatan kasih sayang akan menumbuhkan kepercayaan kepada anak dan membentuk tali kasih sayang sejati. Yaitu suatu ikatan komunikasi yang saling percaya dan menghargai antar dua generasi orangtua dengan anak.
2. Pemahaman orangtua yang belum lengkap tentang perkembangan anak.
Komunikasi akan berjalan dengan baik manakala orangtua memahami perkembangan psikologis anak. Kurangnya pemahaman terhadap perkembangan anak akan menimbulkan kesalahan dalam melayani yang dapat berakibat kegagalan mendidik anak.
Seorang anak bisa jadi memiliki semua potensi kecerdasan namun sampai batas-batas tertentu. Artinya tidak semua kecerdasan yang dimiliki anak sampai pada tingkat tertinggi. Orangtua yang kurang memahami hal ini, akan menutup kesempatan bagi anak mereka untuk mengembangkan potensi yang sebenarnya dimilikinya.
Akibatnya orangtua seringkali salah memberikan layanan pendidikan dan kasih sayang, baik penghargaan maupun pujian. Anak yang menunjukkan prestasi akademis dipuja-puja, sementara ketika gagal atau mendapatkan nilai kecil di sekolahnya orang tua kecewa atau bahkan marah-marah. Begitu juga ketika anak rajin sholat atau berhasil mejalanakan ibadah puasa belum banyak penghargaan dan pujian yang tulus dari orangtua.
3. Persepsi orangtua yang keliru terhadap pendidikan anak.
Tidak sedikit orangtua yang menyekolahkan anak tanpa dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Anak kurang memperoleh pengawasan dan kontrol selama menempuh pendidikan disekolah. Biasanya sebatas mengetahui anaknya berangkat dan pergi ke sekolah. Secara sepenuhnya membebankan tanggung jawab mendidik anak-anak mereka pada sekolah.
Anggapan tersebut terjadi karena orangtua memiliki persepsi bahwa menyekolahkan anak hanyalah amanah bukan investasi. Mereka adalah investasi di dunia dan di akherat. Keberhasilan anak dalam kehidupan dapat menjadi kebanggaan orangtua, negara, dan agama. Sedangkan investasi di akherat adalah keberhasilan pendidikan yang mampu membuat anak menjadi shaleh.
Persepsi orangtua yang seperti itu akan mendorong mereka untuk memilih sekolah yang mampu mengembangkan semua potensi kecerdasan anak. Ia akan terus mengawasi dan mengontrol anaknya. Ia akan menjadikan lembaga pendidikan sebagai mitra dalam mendidik anak, sehingga pendidikan menjadi tanggung jawab bersama sekolah dan orangtua.
Pendekatan kasih sayang dalam mendidik akan memotivasi orangtua melakukan upaya-upaya perbaikan dengan belajar sepanjang hayat untuk membantu perkembangan anaknya. Begitu pula perlakuan orangtua yang berupa kelembutan dan keramahan tidak hanya mendapatkan penghargaan dari anak yang berupa kepercayaan. Bahkan Allah SWT memberikan apresiasi kepada orang-orang yang memiliki kelembutan dan keramahan.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi dengan terjemahannya yaitu: “Apakah kalian ingin mengetahui siapakah orang yang diharamkan untuk masuk dalam neraka dan siapakah orang yang diharamkan bagi neraka untuk mendekatinya? Sesungguhnya diharamkan atas orang-orang yang ramah pada sesama, lemah lembut, dan suka membantu sesamanya”.
Study Kasus :
Anak bunuh ibu angkat
JAKARTA - Syid (11), menjadi tersangka utama dalam kasus pembunuhan Etty Rochyati (55), ibu angkatnya. Keberingasan Syid diduga dipengaruhi oleh minimnya belaian kasih sayang yang diberikan orangtua angkatnya.
Psikolog anak Tika Bisono berpendapat demikian. "Bisa saja ini dampak emosonal. Tapi pada dasarnya luapan emosi itu tidak akan sampai pada tindak kekerasan. Menurut saya, pasti ada rentetan peristiwa yang membuat emosi si anak meledak hingga terjadi perbuatan kriminal," ujar Tika kepadaokezone, Jumat (16/10/2009).
Syid adalah anak korban tsunami Aceh dan Nias 2005 silam yang kehilangan kedua orang tuanya. Syid kemudian diadopsi oleh pasangan Amir Hamzah dan Etty Rochyati.
Menurut Tika, anak-anak hasil adopsi sudah seharusnya mendapat perlakuan wajar, bahkan istimewa layaknya anak kandung
Psikolog anak Tika Bisono berpendapat demikian. "Bisa saja ini dampak emosonal. Tapi pada dasarnya luapan emosi itu tidak akan sampai pada tindak kekerasan. Menurut saya, pasti ada rentetan peristiwa yang membuat emosi si anak meledak hingga terjadi perbuatan kriminal," ujar Tika kepadaokezone, Jumat (16/10/2009).
Syid adalah anak korban tsunami Aceh dan Nias 2005 silam yang kehilangan kedua orang tuanya. Syid kemudian diadopsi oleh pasangan Amir Hamzah dan Etty Rochyati.
Menurut Tika, anak-anak hasil adopsi sudah seharusnya mendapat perlakuan wajar, bahkan istimewa layaknya anak kandung
Opini :
dari study kasus di atas, kasih sayang sangat di butuhkan sekali dari orang tua terhadap anaknya, maka dari itu setiap orang tua wajib dan harus memberikan kasih sayang terhadap anaknya sendiri.
karena dengan adanya kasih sayang terhadap seseorang individu maka individu tersebut akan hidup bahagia sesuai dengan apa yang dia inginkan, tapi jika seseorang anak tidak di berikan kasih sayang maka seseorang akan melakukan hal nekat untuk memperoleh kasih sayang tesebut.
bahkan dari study kasus di atas anak sampai membunuh ibu angkatnya lantaran kurang di pedulikan dan diberi kasih sayang.
sumber :
0 komentar:
Posting Komentar